Tokoh agama merupakan pilar penting dalam kesusksesan Pemilu 2019\. Hal ini disampaikan oleh anggota Bawaslu, Mochammad Afifuddin dalam pertemuan persidangan GPIB 2019 sinonde tahunan, di Bali, Sabtu (2/3/2019). Sebelumnya, Afif juga mengungkapkan hal yang sama ketika menjadi pembicara dalam Rapat Pleno ke-35 MUI, di Jakarta, Rabu (13//2/2019).
Pemilu 2019 merupakan pemilu yang kompleks karena terdapat 5 kotak suara yang harus diisi oleh pemilih. Pemilu 2019 merupakan pemilu pertama yang secara serentak akan memilih capres dan cawapres, anggota DPR RI, anggota DPD, dan anggota DPRD kabupaten/kota. Menurut Afif, masyarakat sebagai pemilih harus terus diberikan pemahaman terkait teknis tahapan Pemilu, termasuk mendorong pemilih supaya menyalurkan hak pilihnya 17 April mendatang. Pihaknya sangat yakin sangat yakin jika para tokoh agama proaktif ikut mensosialisasikan kepada masyarakat pemilih untuk menggunakan hak pilihnya dan ikut mencegah terjadinya politik uang dan golput, maka Pemilu berkualitas akan tercapai. Di samping itu juga akan menghindarkan agama dijadikan kendaraan politik untuk meraih sukses Pemilu 2019.
“Kita mengajak semua agama yang ada di Indonesia untuk mendukung demokrasi, melihat isu-isu pemilu, termasuk politik uang, politisasi SARA dan pemilihan pemimpin yang baik,” ujar Afif.
Afif juga menyatakan bahwa penekanan peran tokoh agama dalam Pemilu bukan berarti Bawaslu mengandalkan pihak lain. Bawaslu sebagai pengawas terus bergriliya ke tengah masyarakat untuk mensosialisasikan terkait teknis dalam tahapan Pemilu. Bawaslu mengandeng semua pihak termasuk organisasi keagamaan karena semuanya punya peran dalam mensukseskan pesta rakyat ini.
Koordinator Divisi Pengawasan dan Sosialisasi Bawaslu itu juga menyinggung masalah berita hoax terkait Tujuh Kontainer surat suara tercoblos. Ini sangat miris. Kedepan diharapkan masyarakat tidak langsung percaya berita yang belum tentu benar. Dan para tokoh agama bisa membantu Bawaslu mencerdaskan masyarakat dalam memahami sebuah informasi yang beredar. Petuah para tokoh agama dalam menyampaikan atau menggiring masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya pada 17 April mendatang, dan mencerdaskan masyarakat dalam mencerna informasi yang belum tentu ada kebenarannya akan ditanggap dan didengar.
Pernyataan Afif ini sangat berdasar mengingat menjelang pemilu, biasanya tim sukses atau bahkan kandidat calon wakil rakyat itu akan berlomba-lomba guna mencuri hati warga agar warga menjatuhkan pilihannya kepada mereka kelak ketika waktu pemilihan tiba. Para tim sukses mereka pun gencar menyebar berita hingga dukungan mereka lewat media sosial.Segala macam cara mereka gunakan agar menang di antaranya dengan menggunakan isu-isu yang rentan memecah belah bangsa. Tak jarang isu yang berbau SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan) dijadikan alat untuk menjatuhkan lawan.
Politisasi agama pun bisa terjadi. Masyarakat yang tadinya _adem ayem_ dan tenteram, setelah jelang pemilu, mereka menjadi ribut. Yang tadinya saudara jadi seperti bukan saudara lagi. Yang tadinya teman menjadi musuh. Itu hanya karena mereka menjagokan jagoan mereka masing-masing dalam pemilu. Di sini terlihat seolah agama hanya dijadikan alat dan tidak memfungsikan agama sebagaimana mestinya. Agama yang harusnya bersifat konstruktif, namun, justru ketika masuk ke ranah politik, maka agama itu berubah menjadi destruktif.
Di sinilah dibutuhkan peranan dari para tokoh yang menyejukkan umat itu. Tak peduli agama apa ataupun kepercayaan apa ataupun aliran apa pun itu, yang terpenting mereka yang bijak dalam memahami dan menyikapi keberagaman yang dianugerahkan dari Tuhan. Peranan dan fungsi dari tokoh agama sangat penting dalam mengendalikan ketegangan sosial yang terjadi di masyarakat dalam iklim yang semakin demokrasi ini. Tokoh agama berperan sangat penting dalam menciptakan atau membentuk opini publik atau pendapat umum yang sehat.
Isu-isu yang menyesatkan dan kabar bohong yang tersebar bisa ditangkal masyarakat bila selalu berada di bawah bimbingan tokoh agama. Tokoh agama atau pemimpin adalah orang yang menjadi pemimpin dalam suatu agama, seperti para kiai, ulama, pendeta, pastor dan lain-lain. Keberadaan tokoh agama di masyarakat sering kali lebih di dengar perkataan-perkataannya dari pada pemimpin-pemimpin yang lain. Tak hanya menyampaikan dakwah atau syiar agama saja, para tokoh agama dibutuhkan agar memberikan pemahaman kepada jamaahnya agar tidak mudah terprovokasi oleh oknum-oknum penyebar kebencian. Karena pada dasarnya semua agama mengajarkan kebaikan dan membenci permusuhan satu sama lain.
Oleh karena itu peran FKUB sebagai wadah berkumpulnya para tokoh agama perlu diperkuat. Semoga Pemilu 2019 dapat terlaksana dengan lancar dan damai tanpa diwarnai dengan aksi-aksi yang berpotensi memecah kerukunan bangsa Indonesia. # Salam Gema Santi