Bupati Suwirta Terima Audiensi Yayasan Wisnu

Yayasan Wisnu yang bergerak untuk mengembangkan kapasitas masyarakat di Bali melalui penelitian/riset, pemberdayaan masyarakat, serta manajemen informasi pengelolaan sumber daya komunitas, melakukan audiensi kepada Bupati Klungkung Selasa (20/10/2020). Rombongan yang dipimpin Direktur Yayasan Wisnu, Ni Made Purniati ini diterima oleh Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta di ruang kerjanya.

Made Purniati menyampaikan bahwa audiensi ini untuk memohon restu sekaligus mengundang Pemerintah Kabupaten Klungkung dalam pelaksanaan acara Lokakarya Rembug Mitra dan Sinkronisasi Program Ecological Nusa Penida yang rencananya akan dilaksanakan pada hari Senin, 26 Oktober 2020 bertempat di Rumah Belajar Bukit Keker, Banjar Nyuh Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida.
Bupati Suwirta mengapresiasi atas berbagai kegiatan positif yang selama ini sudah dilakukan Yayasan Wisnu di Nusa Penida. Dirinya berpesan supaya semua kegiatan yang akan berjalan harus singkron dan bersinergi dengan berbagai program pemerintah daerah yang sudah berjalan.
“Pemerintah dan Yayasan harus berjalan bersama-sama dalam mengedukasi warga untuk menjaga keseimbangan alam Kepulauan Nusa Penida”, papar Bupati Suwirta.
Sebelumnya Yayasan Wisnu telah mengadakan Lokakarya Multistakeholder Program Ecologic Nusa Penida, di jalan Bukit Keker, Banjar Nyuh, Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida pada hari Selasa, 22/9/2020 yang lalu. Acara inipun dibuka oleh Bupati Klungkung didampingi bersama Ketua Tim Penggerak PKK Ny. Ayu Suwirta, Kadis Pariwisata A. A. Gede Putra Wedana dan Camat Nusa Penida Komang Widyasa Putra serta puluhan stakeholder. Lokakarya Multistakeholder ini bertujuan untuk menyebarluaskan informasi terutama terkait dengan energi terbarukan, pendidikan lingkungan dan pengelolaan sampah serta pengembangan desa wisata ekologis (DWE) sebagai upaya untuk menjawab tantangan baru yang dihadapi masyarakat Nusa Penida khususnya dan Bali pada umumnya. Selain itu untuk membangun kerjasama, memadukan dan mensinergikan program-program yang telah dilakukan dengan program-program pemerintah, adat maupun swasta sehingga akan ada keterpaduan program antar pemangku kepentingan untuk mewujudkan keseimbangan pulau kecil Nusa Penida. Beberapa kegiatan yang direncanakan antara lain pemetaan partisipatif dan profil desa, sosialisasi pembuatan kebun rumah tangga, penanaman penghijauan pakan ternak dan tanaman pewarna, pembinaan pengerajin produk tenun dan lukisan, budidaya jaringan rumput laut, ternak dan biogas, kampanye lingkungan hidup, sosialisasi pengelolaan sampah terpadu dan energi terbarukan (biogas dan solar panel) serta pendidikan lingkungan hidup.

Sejak 1993, Yayasan Wisnu memang telah mengawali pemberdayaan masyarakat untuk memastikan pembangunan berkelanjutan di Bali. Bermula dari mengajak pelaku pariwisata di Bali untuk mendaur ulang sampah mereka, kegiatan Yayasan Wisnu berkembang ke program pemberdayaan di desa dengan pendekatan partisipatif. Melalui Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang dibuat di tingkat desa, pendekatan dilakukan melalui organisasi tradisional yang sudah ada seperti banjar dan subak untuk berdiskusi mengenai pariwisata masal, keterpinggiran warga lokal, dan berbagai isu khas lainnya.

Berbagai aktifitas dan kegiatan telah dikembangkan oleh Yayasan Wisnu. Kopi organik yang dikeringkan dengan solar tunnel dryer adalah salah satunya. Teknologi tenaga matahari ini membubat biji cepat kering dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan oleh masyarakat adat Kiadan. Sementara itu, Desa Sibetan memproduksi Salacca, wine dari salak. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar harga salak tidak jatuh pada saat panen raya. Di Nusa Ceningan, masyarakat mengikuti pelatihan perawatan panen rumput laut sebagai bagian dari manajemen terpadu pulau kecil. Untuk kelompok perempuan, Yayasan Wisnu menggalakkan pewarnaan tenun dari bahan alami dari tumbuhan di Desa Tenganan. Kini menenun tidak hanya tradisi, namun juga menjadi alternatif pencaharian di perempuan di desa tersebut. Kesemuanya ini tidak lepas dari tujuan utama yaitu untuk menjaga sumber daya alam serta kearifan lokal di Bali, agar tidak tergerus oleh pembangunan pariwisata.#salamgemasanti

Tinggalkan komentar