Kepala Badan Kesbangpol Kabupaten Klungkung Drs. I Gede Kusumajaya, MAP didapuk sebagai narasumber tunggal dalam Kuliah Umum Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Ngurah Rai (UNR). Kuliah umum dengan tema “Menerapkan Nilai-nilai Pancasila di Tengah Covid-19 ini dibuka oleh Dekan FISHUM Dr.Gede Sedana Wirata, S.Sos., SH., MAP bertempat di aula Kampus setempat Sabtu (26/6/2021) yang diikuti oleh seluruh mahasiswa secara daring dan luring serta dipandu oleh alumnus UNR I Dewa Gede Putra Sedana, S.Sos., MAP. Secara luring Kuliah Umum ini diikuti oleh 30 orang mahasiwa, sedangkan secara daring diikuti oleh 250 orang mahasiswa lebih.
Dalam paparannya Drs. I Gede Kusumajaya, MAP menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 masih menghantui dunia, sehingga masyarakat jangan sampai lengah dalam menerapkan protokol kesehatan.
“Dalam penanganan Covid-19 yang perlu ditonjolkan adalah semangat persatuan sebagai sesame umat manusia, bukan dilihat dari kepercayaan atau suku tertentu. Pandemi ini sekaligus menguji semangat nasionalisme Bangsa Indonesia membantu saudara-saudaranya. Untuk itu mahasiswa sebagai kaum intelektual diharapkan mampu menggetoktularkan semangat Pancasila di tengah masyarakat”, paparnya.
Lebih lanjut Kusumajaya menegaskan bahwa nilai-nilai Pancasila tetap relevan sampai kapanpun, dan imun harus ditingkatkan sesuai ajaran luhur Pancasila agar Covid-19 cepat berlalu. Terkait dengan implementasi nilai-nilai Pancasila, Kepala Badan asal desa Selisihan yang juga alumnus UNR ini mencontohkan kabupaten Klungkung dengan semangat Gema Santi di bawah kepemimpinan Bupati I Nyoman Suwirta telah sukses mengimplementasikan toleransi dalam kehidupan beragama yang dibuktikan dengan diraihnya penghargaan Harmony Award pada tahun 2020.
Sebelumnya Dekan FISHUM Dr.Gede Sedana Wirata, S.Sos., SH., MAP dalam sambutan pembukannya menyatakan bahwa pandemi Covid-19 telah merubah tatanan kehidupan manusia di seluruh belahan dunia, termasuk di Indonesia. Pandemi ini telah melahirkan era yang dinamakan adaptasi kebiasaan baru (new normal). Kebiasaan yang belum membudaya tidak mudah dijalankan, apalagi di Indonesia yang jumlah penduduknya lebih dari 200 juta jiwa.
“Di satu sisi Pemerintah ingin melindungi segenap warga negaranya dari paparan Covid-19 dengan berbagai pembatasan, namun belum semua warga masyarakat menerima aturan tersebut seperti menggunakan masker, menjaga jarak, mencuci tangan, dan membatasi kegiatan keagamaan”, papar akademisi asal desa Bondalem ini.
Lebih lanjut Sedana Wirata menjelaskan bahwa dalam penanganan Covid-19 harus ada sinergi yang kuat antara pemerintah sebagai pemegang kekuasaan dengan rakyat sebagai subyek hukum. Di sinilah Pancasila hadir sebagai jembatan dengan nilai-nilai luhurnya. salah satunya adalah gotong royong. Pancasila bukan sebatas simbol, setiap gambarnya mengandung nilai-nilai yang sangat relevan untuk diimplementasikan di masa pandemi ini.
“Misalnya sila kedua dengan symbol rantai emas tak terputus, melambangkan refleksi relasi rakyat Indonesia yang saling terikat dan mendukung. Demikian juga sila ketiga yang berlambang pohon beringin, melambangkan tempat berteduh dan kesatuan kendati masyarakat Indonesia sangat beragam”, imbuhnya. #salamgemasanti