Pemantapan Bela Negara, Peserta Usulkan Petani dan Nelayan Diundang Dalam Peringatan Detik-Detik Proklamasi

Ada yang unik dalam kegiatan Pemantapan Kesadaran Bela Negara bagi Guru SLTA, Tokoh Agama, Adat, Etnis dan Ormas yang digelar oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Bali di kabupaten Klungkung pada hari Senin, 20 Agustus 2018 kemarin. Salah seorang peserta mengusulkan agar rakyat kecil yang berprofesi sebagai nelayan dan petani bisa diundang dalam Upacara peringatan detik-detik Proklamasi yang digelar setiap tanggal 17 Agustus. Usul ini dilandasi oleh pemikiran untuk semakin mempertebal semangat bela negara di kalangan warga masyarakat.

“Jika selama ini yang hadir adalah para PNS ataupun utusan golongan/lembaga, kalau bisa petani dan nelayan juga diundang sebagai peserta upacara,” ujar Made Natar Arneci dalam pertemuan itu.

Kegiatan ini sendiri terlaksana selama satu hari bertempat di Ruang Rapat Dinas Pertanian dihadiri oleh 40 orang peserta dari kalangan Guru SLTA, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Etnis dan Ormas. Hadir tiga orang narasumber yakni Kabid Ideologi dan Wawasan Kebangsaan Badan Kesbangpol Kabupaten Klungkung I Wayan Sudiarsa, S.Pd, M.,Si membawakan materi Peran Kearifan Lokal Dalam Upaya Bela Negara, Kasi Teritorial Korem Wirasatya Frandy Simboro membawakan materi Peran TNI dalam Bela Negara serta Kabid Bina Ideologi dan Wasbang Badan Kesbangpol Provinsi AA Ngr Suweda membawakan materi Empat Konsensus Dasar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.

Pemateri pertama Sudiarsa menyatakan bahwa ketahanan budaya merupakan gerbang terakhir dari eksistensi bangsa dan negara, oleh karena itu berbagai kearifan lokal yang dimiliki oleh masing-masing daerah dapat dibangkitkan dan menjadi landasan pola pikir, sikap dan prilaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dicontohkan beberapa kearifan lokal masyarakat Bali seperti Tri Hita Karana, Tat Twam Asi, Tri Kaya Parisudha, Menyama Braya, Nawang Lek dan masih banyak lagi yang dapat diimpelentasikan dalam upaya Bela Negara. Pemateri kedua dari Korem Wirasatya menegaskan bahwa peran TNI dibutuhkan baik dalam perang ataupun kondisi damai seperti pemadaman aksi pemberontakan ataupun berperan serta dalam aksi terafi traumatik untuk warga masyarakat pasca kerusuhan. Sedangkan AA Ngr Suweda sebagai pemateri ketiga memaparkan empat konsensys dasar yang harus tetap ajeg dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI.

Tinggalkan komentar