Prosesi Melasti Ida Bethara Turun Kabeh Sabtu (2/3/2019) serangkaian Karya Agung _Pancawali Krama_ dan _Turun Kabeh_ di pura Besakih menyisakan catatan menarik. Sebelum lewat dan tercecer, salah satu catatan menarik tersebut yaitu partisipasi FKUB kabupaten Klungkung yang turut menghaturkan yasa kerthi saat pelaksanaan Melasti.
Ritual Melasti adalah sebuah proses untuk membersihkan arca-arca untuk pembersihan secara spiritual tersebut dengan menempuh jarak lebih kurang 70 kilometer dari Pura Agung Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem menuju segara Watu Klotok di kabupaten Klungkung, selanjutnya menuju Pura Penataran Agung Klungkung, Pura Puseh Tohjiwa, Pura Puseh Tebola, kembali ke Pura Besakih, Senin (4/3/2019). Prosesi melasti ini serangkaian Karya Tawur Agung Panca Wali Krama yang puncaknya akan dilaksanakan Rabu (6/3/2019). Tawur Agung Panca Wali Krama adalah pelaksanaan dari Bhuta Yadnya dan Dewa Yadnya yang bertujuan menyucikan alam semesta menuju tatanan yang harmonis. Tawur Agung Panca Wali Krama kali ini juga dirangkaikan pula dengan Karya Ida Betara Turun Kabeh yang puncaknya, Rabu (20/3/2019).
Setidaknya ada 36 jempana yang dipundut mengikuti upacara melasti ke Pantai Watu Klotok. Sebelum berangkat, semua jempana kumpul di Pura Pentaran Agung Besakih. Iring-iringan berangkat dari Pura Besakih pukul 10.00 wita.Awal dari rangkaian upacara ritual tersebut _Jempana_ yang berjalan paling depan adalah Betara Catur Lawa, yakni Ida Ratu Bagus Pande, Ida Ratu Pasek, Ida Ratu Penyarikan, dan Ida Ratu Dukuh.
Umat Hindu yang datang dari pelosok desa, dan bahkan dari luar Pulau Dewata dengan tertib berjalan mengiringi proses Melasti Betara Pura Besakih ke Pantai Watu Klotok. Selama perjalanan dari Besakih hingga Pantai Watu Klotok, cuaca cukup bersahabat. Bahkan sempat diwarnai gerimis, sehingga sedikit menolong ribuan pengiring dari sengatan sinar matahari. Setiap desa yang dilalui iring-iringan Ida Betara, tampak umat memadati pinggir jalan raya. Mereka pun siap bergabung, ikut iring-iringan menuju Pantai Watu Klotok. Warga masyarakat di sepanjang jalan yang dilalui juga menghaturkan yasa kerthi berupa makanan dan minuman yang dapat “ditunas” oleh para pengiring Melasti.
FKUB kabupaten Klungkung pun turut berperan serta ngaturang yuasa kerthi beruapa buah-buahan, minuman dan makanan. Mereka mengambil tempat di sisi timur Monumen Puputan Klungkung. Aneka makanan dan minuman tersebut digelar di atas meja yang dilengkapi spanduk “Yasa Kerthi FKUB Kabupaten Klungkung” . Sementara itu para pengurus FKUB kabupaten Klungkung duduk berjajar di belakang meja sembari menghaturkan doa dan puja puji.
Dari mana asal persembahan yasa kerthi itu, sementara FKUB kabupaten Klungkung belum memiliki dana ? Ternyata semuanya berasal dari urunan di antara para pengurus yang notabene berasal dari enam agama di kabupaten Klungkung. Hal ini merupakan wujud toleransi antar umat beragama yang telah menjadi komitmen para pengurus FKUB untuk merawat kerukunan umat beragama di kabupaten Klungkung yang selama ini sudah terjalin dengan baik. Seperti diungkapkan oleh Ketua FKUB Kabupaten Klungkung Gusti Made Warsika, persembahan yasa kerthi ini merupakan wujud bakti kepada Ida Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa. Pihaknya berharap kerukunan antar umat beragama di kabupaten Klungkung semakin baik dan meningkat. # Salam Gema Santi