Acara demi acara yang digelar dalam rangka BUlan Bung Karno III di kabupaten Klungkung berakhir pada hari Rabu (30/6/2021) yang diakhiri dengan pelaksanaan Seminar dan Webinar Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Klungkung. Seminar dan Webinar yang dilaksanakan di Ruang Rapat Praja Mandala ini mengambil tema “Merawat Kerukunan Umat Beragama Berdasarkan Ajaran Bung Karno”, dibuka langsung oleh Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta. Turut hadir Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Klungkung, I Gede Kusumajaya, Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Klungkung, Drs. I Dewa Made Nida Udyana, Kepala OPD, Ketua FKUB Kabupaten Klungkung I Gusti Made Warsika dan undangan terkait lainnya.
Bupati Suwirta dalam sambutannya mengatakan kerukunan antar umat beragama itu perlu dibangun sedini mungkin. Hidup rukun beragama dengan menciptakan kondisi sosial di mana semua golongan dapat hidup bersama-sama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing untuk melaksanakan kewajiban. Bupati pun mengajak masyarakat untuk rukun beragama sesuai dengan ajaran Tri Sakti Bung Karno yakni, berdaulat di bidang politik, berdikari (berdiri di atas kaki sendiri) di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan.
“Mari kita bersama – sama menjaga kerukunan umat beragama dengan spirit Gema Santi mengayomi semua umat beragama ,” ujar Bupati Suwirta
Dalam pembukaan Seminar dan Webinar tersebut juga diisi penyerahan piagam penghargaan secara simbolis kepada peserta lomba tingkat propinsi Bali dalam rangka Bulan Bung Karno. Sedangkan kegiatan Seminar dan Webinar menampilkan dua orang narasumber yaitu Ketua FKUB Kabupaten Klungkung I Gusti Made Warsika dengan paparan berjudul “ Mengenal Bung Karno, Perjuangan, dan Ajarannya”. Sedangkan narasumber kedua adalah sejarawan Universitas Udayana asal desa Gelgel yaitu Prof. Dr. Drs. AA Bagus Wirawan, SU dengan paparan berjudul “Pandangan Bung Karno Tentang Nasionalisme dan Pembangunan Bangsa (Tinjauan Sejarah)”.
Dalam paparannya, I Gusti Made Warsika menegaskan bahwa semangat Bung Karno dalam membangun kerukunan umat beragama di Indonesia banyak diilhami oleh berbagai pustaka yang dibacanya serta berfokus pada bingkai Ideologi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Sedangkan Prof Wirawan menegaskan Soekarno adalah seorang inlander (kawula terjajah) yang menjadi manusia merdeka dan menjabarkan perasaan ini kepada sebanyak mungkin rakyat. Beberapa teks hasil pemikiran Soekarno adalah klasik bernilai abadi. Keabadian terletak pada hubungan kreatif dari Teks dengan kontek sosial politik yang mengitarinya di masa kini.#salamgemasanti